Rabu, 17 April 2013

puisi ibu

aku begitu mencintaimu aku begitu merindukan mu
kau begitu indah dan sempurna dimataku

pengorbananmu begitu tulus hingga aku sulit untuk membalasnya
doaku selalu ku panajat kan untukmu
kasih sayangmu begitu besar

pelukkan mu begitu hangat hingga aku selalu terjaga
dalam tidurku....

ibu ibu ibu aku rindu kepadamu aku rindu saat kau membuaiku
dengan kasih sayang....
yaah allah jagalah ibu ku di sisimu dan biakan lah
ia merasakan surga mu

ibu ibu ibu kau apa kah kah mendengarkan jeritan ini
jeritan anakmu yang merindukan mu
ibu berikan ketegaran untuk anak mu ini
agar anakmu bisa terus seyum sepeti
senyuman mu yang tulus....


5 Perjuangan IBU



Ibu adalah sosok yang mulia, dan karena itu wajib dimuliakan. Bila tidak melakukannya, maka kita sungguh tidak tahu diri, sebab ibu sudah melakukan 5 perjuangan berat berikut ini untuk kita, anak-anaknya.

Mengandung
Ada banyak beban yang harus ditanggung oleh ibu selama mengandung. Beberapa di antaranya adalah menahan beban tubuhnya sendiri yang semakin berat akibat hadirnya janin dalam tubuhnya, menerima berbagai rasa sakit sebagai efek dari kehamilan, tidak bisa leluasa bergerak, keselamatannya setiap saat terancam, dan sering dihantui rasa cemas tentang keselamatan bayinya.

Melahirkan
Persalinan merupakan proses yang tidak ringan dan benar-benar menguras tenaga serta mental ibu. Biasanya ibu merasakan mulas yang sangat hebat dan merasakan sakit di daerah jalan lahir. Setelah bayi lahir pun ibu masih harus menjalani masa nifas, yakni masa-masa keluarnya darah dari rahim selama kurang lebih 40 hari. Pada masa ini, ibu rentan terserang penyakit, khususnya anemia dan infeksi.

Menyusui
Sewajarnya ibu menyusui anak selama dua tahun. Selama itulah ibu harus merelakan kesenangan pribadinya dan mencurahkan perhatiannya untuk menyusui buah hatinya. Ibu harus tetap dekat dengan anaknya, menggendongnya, membatasi makanan yang dapat menurunkan kualitas air susunya, dan sebagainya.

Merawat
Setelah lahir, bayi sangat lemah dan sungguh tidak berdaya sehingga ibu harus merawat serta melindunginya. Ibu rela terganggu tidurnya bila buah hatinya rewel, sering bangun untuk membersihkan si kecil yang buang air saat malam hari, dan sebagainya. Ibulah yang menjamin kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan buah hatinya.

Mendidik
Bayi terlahir dalam keadaan “kosong” bak kertas putih, maksudnya belum berpengetahuan. Bayi belajar segala sesuatunya dari orang terdekatnya, yakni ibu. Karena itulah sering dikatakan bahwa ibu adalah “guru” pertama bagi anak-anaknya.



Pengorbanan Seorang Ibu Kepada Anaknya

 

Ibu adalah sosok wanita yang sangat tegar dan penuh pengorbanan. Di saat kita masih di dalam kandungan seorang ibu, kita sudah diberi kasihsayang yang sangat besar olehnya. Selama 9 bulan seorang ibu mengandung anaknya tanpa ada rasa pamrih. Dan dengan perjuangan seorang ibu, kita dapat terlahir di dunia ini dengan taruhan hidup atau mati. Setelah seorang bayi di lahirkan dan setelah itu ibu juga yang merawat dan
membesarkannya dengan ikhlas.
 Jika seorang bayi menangis di tengah malam ibu bangun dan menimangnya.
Dan jika
seorang bayi haus maka seorang ibu yang memberikan ASI. Sungguh banyak sekali
pengorbanan
 seorang ibu kepada anaknya.
Tetapi mengapa seorang anak yang sudah tumbuh besar dan dewasa
 tidak mau berbakti kepada ibu ataupun orang tuanya? Apakah
 mereka merasa dirinya itu tidak lagi membutuhkan seorang ibu yang telah
 membesarkannya dari kecil?
Kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu pasti tidak dapat tergantikan oleh apa dan
akan ada untuk anaknya selamanya meskipun anaknya tidak berbakti kepadanya.

SUNGGUH SANGAT BESAR PENGORBANAN SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA MAKA DARI ITU KITA JANGAN SAMPAI MELUKAI HATI SEORANG IBU YANG TELAH BANYAK BERKORBAN UNTUK KITA.


Ketulusan Seorang Ibu

 

Bunda, ibu, mama, mami, umi, emak, dan berbagai panggilan lain yang tujukan kepada orang yang melahirkan kita, membahagiakan kita, memberi kasih dan sayangnya kepada kita, yang menjaga kita dengan ketulusan hatinya, merawat kita dengan kerendahan hati yang dimilikinya, melindungi kita dengan kebahagiaan yang dipancarkannya. Dia mendidik kita dengan cara terbaik yang dia miliki agar kita menjadi insan manusia berbudi pekerti dan berbahagia. ketika kita bayi kita menangis, namun dia menenangkan kita dalam pangkuan hangatnya yang kita rindukan. 

Dia membersihkan kotoran kita tanpa rasa jijik sekalipun, menyusui kita dengan kerelaan hatinya. Semua hal itu dilakukan agar kita menjadi orang yang berharga nantinya. Tak ada di benaknya untuk tidak mengasihi kita. Berbagai luka yang kita berikan kepadanya, namun dia tetap ikhlas menjaga kita dengan ketulusan hati.

Sebagai seorang anak sepatutnyalah kita membahagiakannya, mendoakannya, melindunginya dari rapuh tubuhnya yang sudah mulai menua. Bahagiakanlah dia dengan akhlak yang kita miliki. Kita menjadi insan yang madani, anak yang berbakti, merawatnya dengan kebaikan pribadi kita yang diajarkannya. Jika ada perkatan seorang anak yang berbakti kepada ibunya, maka perkataan itu akan menyejukan hatinya dari kekeringan dahaga kesejukan hati.
 
Kelak kita akan menjadi orang tua bagi anak kita dan akan menjadi orang tua yang rapuh tubuhnya, hal inilah yang mengingatkan kita bahwa kita perlu menjaganya..

Perjuangan Ibu Mengandung Dengan Luar Biasa





Dalam mengarungi rumah tangga, kehadiran seorang anak sebagai penerus keturunan keluarga, sangat didambakan. Kadang ada yang cepat diberi keturunan, ada pula yang harus menunggu lama baru mendapatkan keturunan. Ada yang sulit atau tidak bisa mendapatkan keturunan, tetapi ada pula yang dengan tega membuang bahkan menghilangkan nyawa keturunannya sendiri.
Seorang istri akan merasa  senang dan bisa membahagiakan sang suami tercinta jika ia bisa memberikan keturunan. Bahkan ada ada sebuah kebanggaan dari seorang perempuan atau istri jika bisa melahirkan bayinya dengan normal, sehat, tanpa cacat sedikit pun. Sebuah proses kelahiran yang berlangsung normal, tanpa operasi caesar, pasti akan membekas dihati seorang ibu, bagaimana rasa berjuang antara hidup dan mati demi melahirkan anaknya. Tidak hanya perjuangan saat melahirkan, bahkan selama mengandung lebih kurang 9 bulan lamanya, seorang ibu juga berjuang menjaga bayi dikandungannya.
Sebuah kisah berikut mungkin bisa menjadi inspirasi dan renungan tentang bagaimana beratnya perjuangan seorang ibu yang rela bertaruh nyawa demi menjaga dan mencintai bayi dikandunganya. Sebuah keinginan dan motivasi yang kuat agar bisa merasakan “pertarungan” hidup dan mati sebagai seorang ibu yang ingin melahirkan anaknya dengan normal. Dibalik proses  yang berat, pasti ada Dzat Yang Maha Kuasa yang memberikan pertolongan hidup. Jika bukan karena kuasa Allah, takkan pernah terjadi sebuah kelahiran yang menakjubkan ini. Selain faktor Allah, tentu saja ada sang ibu yang teramat luar biasa…

Senin, 15 April 2013

IBU

Ibu perjuangan mu begitu besar
di saat aku dalam kandungan
engkau telah berikan kasih sayang mu untuk ku
hingga aku lahir ke dunia

Ibu semua pengorbanan mu akan selalu ku ingat
doa-doa yang selalu kau panjatkan untuk ku
takan pernah bisa ku balas dengan emas dan permata
hanya doa yang bisa ku panjatkan untuk mu

Ibu kasih sayang mu yang begitu tulus
pengorbanan mu yang begitu besar
akan ku jadikan motifasi untuk kehidupan ku
hingga aku menjadi seorang   I B U



Kisah Perjuangan dan Ketulusan Seorang Ibu





Malam itu dipinggiran sudut kota Jakarta ketika menikmati suguhan nasi uduk yang mengepul hangat pada sebuah tenda warung makan. Lalu melintas seorang ibu dengan kedua tangannya yang kecil menarik gerobak dengan cepat menyusuri pinggiran jalan yang telah sunyi senyap. Sejenak kebimbangan terjadi lalu keputusan diambil dengan cepat tangan melambai dan memanggil ibu itu sebelum menghilang di balik tikungan sebuah gang.
Ibu itu berhenti dan dengan ragu-ragu setengah bertanya terlihat dari wajahnya yang bingung menatapku dari kejauhan. Sekali lagi aku melambaikan tangan dan barulah ia menghampiri kesini. Aku memesan lagi nasi uduk tiga bungkus untuk ibu dan kedua anaknya yang tertidur pulas dalam gerobak itu. Seraut wajahnya menunjukan kegembiraan yang luar biasa dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Kerasnya kehidupan tampak jelas tergurat di wajahnya yang cokelat hitam berpeluh ditempa panasnya sinar matahari. Namun wajah itu terlihat ramah dengan matanya yang tegar dan bibirnya yang tersenyum seakan-akan tak ada kesedihan di hatinya.
Sambil menunggu 3 potong ayam goreng  yang hampir  matang untuk pesanan 3 bungkus nasi uduk tadi iseng-iseng aku bertanya kepadanya. Ibu itu bercerita bahwa suaminya telah meninggal karena sakit yang berkepanjangan yang tidak bisa disembuhkan disebabkan karena tak mampu untuk berobat ke dokter. Gerobak tua ini adalah satu-satunya harta peninggalan suaminya yang seorang pemulung. Dan kini ia sendirian dan harus terus bertahan dan bekerja keras untuk menghidupi dua buah hatinya yang kini selalu dibawanya kemanapun ia pergi.